Opini

Nilailah Diri Dengan Sradha, Djana dan Wiweka

by:
Prof. IPutu Sudiarsa Boy Arsa, Ph.D. Pembina Yayasan Arsa Laksana Indonesia (AsLI)

MataKompas.com | Budhiman se Dharma yang berbahagia, apa yang dimaksud Sradha, Djana dan Wiweka, _lalu kenapa sesorang sebaiknya menilain diri sendiri dulu dengan pengetahuan Sradha, Djana dan Wiweka sebelum menilai orang lain?_ karena itu marilah kita mengulas Perihal ini dengan dasar pengetahuan Veda!

Sradha adalah keyakinan atau kepercayaan, Didalam dasar ajaran Agama Hindu Sradha itu ada lima yang disebut dengan Panca Sradha, secara etimologi Panca Sradha terdiri dari kata Panca dan Sradha, Panca adalah lima dan Sradha adalah keyakinan atau kepercayaan. Lima dasar kepercayaan itu adalah percaya adanya Brahman, Atma, Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksa.

Jnana Dalam bahasa Sanskerta berarti pengetahuan. Dalam kitab Bhagawadgita IV dijelaskan tentang Jnana Yoga yaitu karma, bhakti dan ilmu pengetahuan. Dalam Wrhaspati Tattwa, dijelaskan bahwa Jnana adalah perbuat baik. Selain itu dalam Wrhaspati Tattwa dikatakan Jnana adalah pengindraan langsung, menarik kesimpulan, ajaran-ajaran agama dari orang yang telah mempelajarinya, inilah tiga cara untuk memperoleh pengetahuan.

Wiweka adalah perilaku yang hati-hati dan penuh petimbangan artinya tidak pernah ceroboh dalam bertindak. Wiweka selalu mempergunakan akal sehat dan pikiran yang fositif, serta selalu mengutamakan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang tidak baik.

Tradisi ajaran Hindu Dharma baik yang ada di Bali maupun yang ada di seantero Nusantara mempunyai teradisi yang semuanya sama yaitu tradi yang dirumuskan berdasarkan “Tiga Pilar Dasar”: ŚRADDHA-JÑANA-WIWEKA.

Tradisi Hindu Nusantara tumbuh dengan variasi lokalnya masing masing dengan Tiga Pilar Dasar ini. ŚRADDHA adalah prinsip-prinsip utama dharma, JÑANAdalam suara keheningan jiwa, dan WIWEKA adalah nalar dan analisa jernih yang obyektif didasari prinsip Dharma.

 

Begitu juga Tradisi ajaran Hindu yang ada di dunia, secara umum Ajarannya adalah hasil tafsir terhadap ajaran DHARMA berdasar prinsip-prinsip ŚRADDHA, dikaji dengan kejernihan JÑANA, dirumuskan dengan kekuatan WIWEKA, dan bertujuan untuk tercapainya kedamaian dan kesejahteraan dunia (jagaddhitā) dan serta tercapainya pembebasan spiritual (moksa) —Ātmano mokṣārthaṃ jagaddhitāya ca iti Dharma.

Seseorang yang menyatakan diri sebagai Umat Hindu disaat menilai, membicarakan dan menuduh negative kepada orang lain semestinya terlebih dahulu menilai diri sendiri baik dalam hal berpikir, berbicara maupun berbuat yang menggunakan alat Panca Indria, apakah sudah baik atau benar berdasarkan pengetahuan Tiga Pilar Dasar ajaran Agama Hindu yaitu Sradha, Djana dan Wiweka

Ada contoh kasus menarik yang berkaitan dengan hal itu misalnya kita ambil contoh Lidah yang sangat penting mempengaruhi menjalankan napsu di dalam diri sendiri karena lidah yang merupakan salah satu dari bagian Panca Indera yang ada ditubuh manusia memiliki fungsi Ganda yaitu kemampuan bicara dan kemampuan cita rasa. Bahkan
ada ungkapan dialam Paribhasa yang mengatakan;

Mulut satu, lidah Bertopang atau Ibaratkan Lidah Tanpa Tulang, ungkapan pribahasa ini dibuat karena lidah begitu mudah dan leluasanya bergerak karena itu saat menggerakan dan mengendalikan Lidah dan fungsinya harus berdasarkan Tri Pilar Dasar Hindu tersebut karena kalau tidak maka akan sangat membahayakan tatkala tidak dikendalikan sehingga menempatkan unsur Pengendalian sebagai faktor penting serta menjadikan Pintu utama dalam mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa.

Sebagai umat Hindu disaat mengendalikan fungsi lidah yang berfungsi ganda baik dalam berbicara maupun dalam menikmati cita rasa hendaknya didasari dengan adanya keyakinan Karma Phala disaat salah menggunakannya (Sradha) lalu mengetahui kegunaan lidah baik untuk hal yang baik maupun untuk hal yang buruk (Jnana) dan akhirnya dengan menggunakan Wiweka lalu mengembangkan Cita Budhi untuk membedakannya mana yg benar, baik, kekal dan punya rasa dengan yang tidak benar, tidak baik, tidak kekal dan tidak punya rasa serta.

Dengan demikian didalam menjalankan kehidupan sebagai orang yang dianggap sebagai penganut ajaran Hindu Dharma,
[Salah satu contoh misalnya “_disaat Mencela, menghina dan menyalahkan seseorang, maka orang tersebut sebaiknya Menilai kekurangan dan kesalahan diri sendiri dulu sebelum menilai kekurangan dan kesalahan orang lain” dengan menjalankan Sradha, lalu belajar kebaikan dan keburukan hidup, apa efek dari kebaikin dan keburukan itu untuk kehidupan sehingga menjadi Jnana, dan akhirnya selalu menggunakan wiwekanya dengan landasan Tri Jnana Sandhi (Kayika, Wacika & Manacika)”._] Hendaknya melaksanakan Tri Hite Karana sebagai ajaran yang mengajarkan agar manusia mengupayakan hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan, yang didasari oleh dengan baik dan benar dengan ajaran DHARMA yang berdasar prinsip-prinsip ŚRADDHA, dikaji dengan kejernihan JÑANA, dirumuskan dengan kekuatan WIWEKA, sesuai dengan sari pati dan serat *Bhakti Marga*
(Jalan menuju Tuhan.hal.64)

Penomena kehidupan beragama dipulau Dewata (Bali) sangat menarik dan unik serta tiada duanya didunia ini untuk menjadi contoh penerapan “Tiga Pilar Dasar” ŚRADDHA-JÑANA-WIWEKA dalam mengimani ajaran Hindu Dharma. (Red).

_Salam Rahayu_

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button