Daerah

Rangkaian Kegiatan HUT ke 65, Kodam IX/Udayana Gelar Pitra Puja I Gusti Ngurah Rai

MANGUPURA, Matakompas.com | Pitra Puja merupakan upacara keagamaan dalam Agama Hindu yang dipercaya untuk melakukan penghormatan kepada para leluhur yang telah mendahului. Pitra berarti unsur kekuatan evolusi batin di alam material (lahir sebagai manusia), sedangkan Puja adalah pujian kepada Tuhan dan manifestasi-Nya. Sehingga, dapat diartikan bahwa dengan memuja Tuhan melalui roh suci leluhur, yang pada akhirnya akan sampai juga pada Tuhan Yang Maha Esa.

Pada rangkaian kegiatan HUT ke 65 Kodam IX/Udayana kali ini, Upacara Pitra Puja yang diberikan kepada Brigjen TNI (Anumerta) I Gusti Ngurah Rai tersebut dilaksanakan pada Senin (23/5/2022), merupakan wujud penghormatan sebagai Pahlawan Nasional dari Bali yang telah berperang bersama pasukannya yang dikenal dengan nama Ciung Wanara secara habis-habisan (Puputan) melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Saat itu, I Gusti Ngurah Rai mengadakan rapat bersama pimpinan Badan-Badan perjuangan dan Staf Resimen TRI Sunda Kecil. Dari rapat tersebut terbentuklah Markas Besar Oemoem Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (MBO DPRI SK) yang merupakan Pusat Pertahanan Kemerdekaan Indonesia di Provinsi Sunda Kecil (Bali Nusra sekarang, red). Inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal berdirinya Kodam IX/Udayana yang sekarang berkedudukan di Kota Denpasar.

Digelar di Merajan (tempat suci pemujaan) Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai di Puri Carangsari Petang Badung, Upacara Pitra Puja yang diikuti langsung oleh Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Sonny Aprianto, S.E., M.M., tersebut diawali dengan sungkem memohon restu kepada I Gusti Ngurah Rai dan mengirimkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar I Gusti Ngurah Rai diberikan tempat yang layak disisi-Nya.

Dalam sambutannya, Pangdam IX/Udayana menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai wujud penghormatan kepada Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita semua diberikan keselamatan, kekuatan dan pemikiran yang jernih serta suci sehingga mampu mengemban tugas pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.

 

“Kita ketahui bersama, bahwa I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu sosok Pahlawan Nasional kebanggaan masyarakat Bali. Diusianya yang relatif masih sangat muda, beliau telah berjuang tanpa pamrih. Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan beliau dalam memimpin pasukan Ciung Wanara, bertempur dengan sangat heroik melawan pasukan penjajah di Margarana,” ujar Pangdam.

Lebih lanjut Pangdam menceritakan bahwa sosok I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya telah menggelorakan dan membuktikan semangat Puputan, yakni semangat bertempur sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan kemerdekaan NKRI.

“Untuk itu, mari kita jadikan nilai-nilai luhur perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai sebagai suri tauladan dan pedoman untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI. Nilai-nilai luhur yang tak akan pernah luntur oleh zaman inilah sebagai pedoman dalam upaya mengabdikan diri kepada bangsa dan negara sesuai profesi masing-masing dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” demikian pungkas Pangdam.

Sementara itu, keluarga Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dalam sambutannya yang disampaikan oleh putra sulung I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Gede Yudana menyampaikan ucapan selamat datang dan penghargaan yang luar biasa kepada Pangdam IX/Udayana beserta rombongan atas digelarnya acara tradisi Pitra Puja I Gusti Ngurah Rai.

“Di Desa Carangsari ini adalah tempat kelahiran ayah saya dan setelah dewasa beliau pergi ke kota untuk ikut pendidikan kemudian ikut berjuang melawan Belanda di dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan oleh Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1945,” tuturnya.

I Gusti Ngurah Gede Yudana menceritakan, bahwa dirinya sewaktu masih anak-anak belum paham akan sebab bapaknya meninggalkan istri dan anak-anak yang masih kecil. Saat itu, dirinya beserta ibu dan adik-adiknya juga sempat ditahan oleh Belanda selama 3 bulan bersama tokoh-tokoh dari Carangsari yang tidak menyembunyikan tempat para pejuang berada.

“Waktu itu, saya bertanya kepada Ibu, nanti dimana bisa dapat roti dan susu kalau kita pulang bu? Kemudian Ibu saya menjawab, nanti ayah akan membawanya kalau kita sudah merdeka. Tapi nyatanya sampai sekarang ayah saya tidak kunjung datang memberikan roti dan susu. Untuk itu, marilah kita berjuang untuk bisa mendapatkan roti dan susu, masyarakat Indonesia tidak boleh miskin, harus makmur sentosa,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Kegiatan yang diakhiri dengan penyerahan tali asih dan cenderamata tersebut juga dihadiri oleh Kasdam IX/Udayana, Irdam IX/Udayana, Kapoksahli Pangdam IX/Udayana, Danrindam IX/Udayana, Kasrem 163/WSA, Para Asisten Kasdam IX/Udayana, Para Dan/Kabalakdam IX/Udayana, Anggota DPRD Kab Badung, serta Tokoh Agama dan Tokoh Adat Desa Adat Carangsari. (Iskandar/red).

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button