by:
Prof. IPutu Sudiarsa Boy Arsa, Ph.D. Pembina Yayasan *Arsa Laksana Indonesia* ( _AsLI)_
Dalam RigVeda menyebutkan dewa Agni merupakan salah satu dewa Veda terpenting. Dewa Agni adalah utusan para dewa dan menerima pengorbanan yang dilakukan dari siapapun yang mengabdikan diri kepada Tuhan kitab ini dimulai dengan pujian untuk Dewa Agni sebanyak 200 himne.
Banyak deskripsi dalam Rig Veda tentang berbagai kelahiran, bentuk, dan tempat tinggalnya. Setiap hari dewa Agni telah dimanifestasikan dalam bentuk dua batang kayu bakar (arani), yang merupakan orang tuanya, begitu lahir melahap orang tuanya. Karena kekuatan besar diperlukan untuk menyalakannya, dia disebut ‘anak kekuatan’, diproduksi setiap pagi, dia selalu muda. Tidak ada kurban yang lebih tua darinya, karena dialah yang melakukan kurban pertama. Agni adalah cikal bakal air, sebagai ‘anak air’, dilahirkan disurga tertinggi, dan diturunkan dari surga oleh Matarisvan, Matahari (RV 7.63).
*RgVeda 10. 2-3*
*aghniḥ pūrvebhirṛṣibhirīḍyo*
*nūtanairuta sa*|
*devāneha vakṣati*
Dewa Agni dipuji sebagai Rsi kuno untuk membawa para Dewa kesini.
*aghninā rayimaśnavat*
*poṣameva dive-dive*|
*yaśasaṃ vīravattamam*||
Manusia memperoleh kekayaan melalui Dewa Agni, bertambah banyak dari hari ke hari, dialah pahlawan mulia.
Dihati setiap mahluk Dewa Agni telah hadir, percikan vital kehidupan karena mencerna makanan, dia juga adalah sinar Matahari, memberikan kecemerlangan dan panas yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan perkembangan mahluk, termasuk manusia.
Agni diantara kelima unsur merupakan proporsi terkecil dalam komposisi tubuh manusia, pengaruhnya sangat besar. Dalam banyak hal, api melambangkan kehidupan, salah satu indikator utama hidup atau mati adalah tubuh masih panas atau sudah dingin.
Tenaga Surya telah menopang Kehidupan diplanet ini pada dasarnya, yang menjadi bahan bakar kehidupan. Setiap mesin bekerja, selalu menghasilkan panas karena pada dasarnya api adalah bahan bakarnya, baik berupa listrik, bensin, kayu, batu bara, apilah yang membuat mesin bekerja termasuk tubuh manusia. Agni memiliki 3 wajah, mewakili 3 api Veda Āhavanīya, Dakṣiṇā dan Gārhapatya Agni.
*Bhagavad Gita 10. 23*
*rudrāṇāḿ śańkaraś cāsmi*
*vitteśo yakṣa-rakṣasām*
*vasūnāḿ pāvakaś cāsmi*
*meruḥ śikhariṇām aham*
Aku adalah Dewa Shiva diantara semua Rudra, diantara para Yaksa dan Raksasa Aku adalah Kuvera, diantara para Vasu aku adalah Agni (api) dan di antara gunung-gunung Aku adalah Meru.
*Jenis Agni*
*1 Jatharagni*
Didalam tubuh ada tiga bentuk api yang berkobar, salah satunya dikenal sebagai Jatharagni. Jathara berarti perut atau proses pencernaan, tanpa sedikit api diperut, tidak bisa mencerna makanan yang dimakan. Makanan berfungsi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan. Pencernaan maupun reproduksi bergantung pada jatharagni. Terlalu banyak jatharagni, akan melakukan hal yang paling bodoh, hidup menjadi sengsara dan buruk.
*2 Chitagni*
Dimensi kecerdasan dalam diri yang melampaui keterbatasan bentuk fisik, bentuk fisik adalah hasil dari memori genetik dan karma disebut Chitta, dan juga suatu dimensi kecerdasan yang tidak ternodai oleh ingatan, makin terang dengan sikap melepas keduiniawian. Api kecerdasan dapat bermanifestasi pada banyak tingkatan berbeda, manifestasi pertama adalah intelek. Jika chitagni menyala terang, maka kehilangan minat pada makanan, seksualitas dan hal-hal tubuh lain.
*3 Bhutagni*
Memiliki tubuh sehat dan kuat jika mengendalikan Jatharagni, dengan mengendalikan chitagni, akan memiliki intelek kuat, dengan mengendalikan bhutagni, akan memiliki penguasaan mendasar atas proses kehidupan. Batas-batas tubuh sangat jelas dan terbatas, batasan pikiran lebih besar, misalnya dengan mengetahui sesuatu tentang bagian dunia lain, itu berada dalam batas-batas pikiran, saat pengetahuan berkembang, batasan mental dapat meluas. Dengan menyadari dimensi bhutagni atau api elemental, akan menjadi makhluk tanpa batas, karena permainan elemen terjadi di seluruh ciptaan.
*4 Sarvagni*
Dimensi fisik keberadaan kurang dari lima persen sesuai dengan ilmu pengetahuan modern, yang berarti kita hanya mengetahui lima persen dari keberadaan seluruh dimensi fisik alam semesta. Sarvagni menyentuh dimensi dimana tidak ada unsur, tidak ada ciptaan atau dengan kata lain dimana tidak ada sifat fisik. Umumnya seorang Yogi ingin hakikat kehidupan mengakses Sarvagni yang sulit dirasakan, tetapi tanpanya tidak akan terjadi apa-apa. Ini adalah api fundamental dan pamungkas yang mencakup semua api lainnya.
Ketika Agni direpresentasikan dalam bentuk humanoid, diperlihatkan memiliki dua wajah yang diolesi mentega, untuk menyediakan bahan bakar untuk nyala api. Dua kepala, menandakan keabadian dan simbol kehidupan, memiliki tujuh lidah yang berapi-api dan gigi emas yang tajam, berambut hitam panjang dan berwarna merah. Tujuh sinar cahaya keluar dari tubuhnya dan memiliki tujuh tangan dan tiga kaki, sering ditampilkan mengendarai kereta ditarik domba jantan atau kambing, kadang-kadang mengendarai burung beo.
Diantara penyembahnya dewa Agni tidak pernah membedakannya, mengunjungi perapian setiap orang, baik tua-muda, kaya-miskin, brahmana-ksatria, semua orang adalah sama. Dianggap sebagai mediator antara langit dan bumi, itulah sebabnya semua yajna berlangsung dengan kehadiran Agni. Dikatakan bahwa Agni lahir ditiga tingkat, bumi, ruang tengah, dan surga, yang mencerminkan ‘api rumah tangga’, ‘api pertahanan’ dan ‘api persembahan’ dalam Veda.
Dewa Agni memiliki sepuluh bentuk, sebagai petir, api, matahari, api penyerap, api penghancur, api yang dihasilkan melalui tongkat yang digunakan untuk pengorbanan dan ritual, api yang diberikan kepada siswa selama upacara Upanayana, api rumah tangga yang digunakan untuk keperluan rumah tangga, api selatan leluhur yang digunakan untuk beberapa jenis ritual dan api pemakaman dalam ritual kremasi.
Vayu Purana menyebutkan, ketiga putra Agni mewakili tiga wujudnya. Pavaka mewakili api listrik, Pavamana mewakili api yang dihasilkan oleh gesekan, dan Suchi adalah api matahari, mereka dikatakan telah dikutuk oleh resi Vashishta sehingga terlahir kembali di dunia.
*Śrimad Bhagavatam 3.6.12*
*tasyāgnir āsyaṁ nirbhinnaṁ*
*loka-pālo ’viśat padam*
*vācā svāṁśena vaktavyaṁ*
*yayāsau pratipadyate*
Dewa Agni dihasilkan dari mulutNya, dan semua urusan material masuk kedalamnya dalam posisi masing-masing, dengan energi itu makhluk hidup mengungkapkan dirinya dalam kata-kata bicara.
*Kisah Agni dengan ŚrīRāma*
Dewa Agni pernah menyamar sebagai Brāhmana, mendekati ŚrīRāma dan berkata, “O, ŚrīRāma, engkau dilahirkan untuk membunuh Rāvaṇa dan menyelamatkan dunia dari kekejamannya, Sītā akan menjadi penyebab, waktunya tidak lama lagi, Rāvaṇa akan segera datang dan menculik istrimu, Sītā. Oleh karena itu, izinkan saya mempermainkan Rāvaṇa, percayakan Sītā dan saya akan menjaganya tetap aman, dia akan dijadikan seorang Māyā Sītā, replika hidup dari istri asli. Pada akhirnya ketika Anda mengambil kembali Sītā setelah membunuh Rāvaṇa, Anda terpaksa membuang istri Anda ke dalam api untuk menguji kesuciannya, disaat itu saya akan mengambil kembali replika tersebut dan mengembalikan istri asli Anda”.
Hal ini sangat senang didengar oleh Sri Rama. Agni dengan kekuatan yoganya menciptakan MayaSītā dan memberikannya kepadanya, beliau menyimpan sebagai rahasia bahkan terhadap Lakṣmaṇa. Dalam pertempuran besar Rāma-Rāvaṇa, Rāvaṇa terbunuh dan ŚrīRāma membawa kembali Sītā ke kerajaannya. Kemudian untuk menghormati opini publik dan membangun kesucian ratunya di depan umum, Śrī Rāma memasukkan Māyā Sītā kedalam api. Disaat itu Agni mengambil kembali replikanya dan mengembalikan Sītā yang asli kepada Śrī Rāma, dewi Sītā kemudian keluar dari api tanpa cedera.
Setelah melakukan tapa selama Tiga Juta Tahun waktu Dewata, MayaSītā ini dikenal sebagai Svargalakṣmī. Svargalakṣmī inilah yang kemudian dalam Dvāpara yuga keluar dari yajña kuṇḍa Raja Pāñcāla sebagai Pāñcālī dan menjadi pendamping para Pāṇḍava. Vedavatī putri Kuśadhvaja di Kṛtayuga, Sītā putri Janaka di Treta yuga, dan Pāñcālī, putri Drupada di Dvāpara yuga adalah satu orang yang sama, karena itu dikenal sebagai Trihāyani (Bab 9 dari Devī Bhāgavata).
_Salam Rahayu._