Daerah

11 Orang Meninggal Dunia,Gepsi- Kupang Mendesak PEMDA Sikka Lebih Luar Biasa Menangani KLB DBD

KUPANG–JARRAKPOSKUPANG.COM
Penyakit DBD yang sedang terjadi di Kabupaten Sikka, menyita perhatian publik setelah statusnya ditetapkan menjadi kejadian luar biasa (KLB).Tidak tanggung-tanggung, korban penyakit DBD menyentuh angka yang cukup fantastis yaitu dengan jumlah kasus 981 pasien positif terinveksi DBD dan telah memakan korban jiwa 11 orang yang meninggal dunia.

Kasus DBD yang terjadi pada tahun ini merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menanggapi masalah ini, Gerakan Pemuda Sikka (GEPSI) Kupang, ikut angkat bicara berkaitan dengan upaya penanganan kasus DBD oleh Pemerintahan Daerah Sikka.

Ketua GEPSI Kupang, Yanto Nong Bola mengatakan bahwa “DBD yang sudah masuk pada level extra ordinary case ini, seharusnya di imbangi juga dengan pencegahan luar biasa dari Pemda Sikka. Apa yang dilakukan oleh Pemda Sikka adalah pada tindakan preventif yang harus dilakukan secara massif(foging,PSN dan 4M) dan promotif(sosilisasi dan edukasi), dan juga pada tahapan kuratif , Imbuh pria yang juga mantan Ketua BEM itu.”

Anto menambahkan,Pemda Sikka seharusnya sudah dapat menerka penyakit DBD akan terjadi di 2020 pada musim penghujan, sehinggga untuk pencegahanya sudah jauh-jauh hari dalam upaya pemberantasan DBD,PEMDA Sikka juga harus perlu bekerja sama secara serius dengan menteri kesehatan RI untuk segera mengirimkan dokter-dokter ahli untuk rumah sakit di Kabupaten.Selain itu perlu juga sektor-sektor harus mensosialisasikan hingga sampai ke RT/RW untuk mematahkan rantai penyebaran dan pembiakan nyamuk sampai ke akar-akarnya”,tegasnya.

Lebih jauh menanggapi masalah KLB DBD di Sikka, Afri Ada, aktivis mahasiswa yang juga senior dan pendiri GEPSI Kupang mempertanyakan mengenai Upaya pemerintah yang dinilainya masih “ belum” luar biasa dalam upaya penanganan KLB dengan bukti makin bertambahnya angka penderita dan juga korban jiwa.

Menurutnya “upaya pemerintahan dalam bentuk sosialisasi(prmotif) dan preventive harus bisa menyentuh langsung pada seluruh lapisan masyarakat yang pemahaman dan kesadarannya masih minim dan pluralistis. DBD ini penyakit yang berbasis lingkungan jadi memang butuh kerjasama lintas sector baik itu pemerintah maupun masyarakat.
Selain itu untuk upaya pengobatan(kuratif) pemerintah Sikka dinilai masih sangat terbatas dengan minimnya ketersediaan obat, tenaga medis dan juga kapasitas Rumah sakit yang tidak mampu menampung pasien yang membludak, bahkan pasien memenuhi lorong-lorong Rumah sakit dan juga satu tempat tidur yang ditempati oleh dua oarng pasien.Pemerintah harus mencari solusi yang solutif agar masalah ini dapat teratasi dengan segera.Pemerintah yang dibekali dana KLB sekitar 2M harusnya lebih efektif dan efisien dalam penanganan kasus ini”,Tutup Afri .

Jarrakposkupang.com/Mario Langun
Editor: Uta

 

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button