DENPASAR, WWW.MATAKOMPAS.COM- Kekejaman Pandemi Covid-19 yang hingga kini belum kunjung usai melanda dunia sungguh menjadi pukulan terberat bagi kepariwisataan.
Masyarakat yang bergelut di pariwisata sungguh dibuat tak berdaya karena tidak ada kunjungan lagi wisatawan yang biasanya ramai menghabiskan uangnya untuk berwisata.
Namun,di penghujung tahun 2020 ini nampaknya dunia pariwisata sudah mulai menggeliat.Bali yang menjadi destinasi wisata dunia sejak pertengahan Bulan Desember 2020 mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik.
Sempat terjadi gejolak dari kalangan pariwisata begitu keluar imbauan dari Gubernur Bali yang salah satu poinnya mewajibkan wisatawan yang datang ke Bali lewat perawat udara melakukan swab test dan yang datang lewat jalur darat menunjukkan hasil rapid test negatif.
Hal tersebut membuat banyak calon wisatawan lokal yang hendak ke Bali mengurungkan niatnya.Namun kebijaksanaan tersebut direvisi dengan cukup melakukan test antigen saja.
Hal ini cukup berdampak positif,di mana akhirnya kunjungan wisatawan lokal yang ingin menikmati akomodasi mewah di Bali dengan harga terjangkau tidak terjadi penurunan terlalu drastis.
Gede salah seorang Sales and Marketing Staff di salah satu hotel di Kuta mengatakan, bahwa sempat terjadi pembatalan hampir 100 kamar. “Ya,benar Pak.Kami sempat sangat kecewa dengan imbauan Pak Gubernur kemarin.
Tapi akhirnya saat ini tingkat hunian cukup lumayan.Dan puncaknya tamu akan check in tanggal 29 nanti.
Dan kami berharap pemerintah janganlah mengeluarkan imbauan yang bikin tamu takut datang ke Bali.Hidup kami sudah susah,Pak!” pintanya.Informasi senada juga datang dari Made Terimayasa, pemilik Terimayasa Trans yang berkantor di kawasan Sanur.
“Saya sungguh menyayangkan imbauan Pak Gubernur,karena harapan kita mulai tanggal 10 Desember hingga 5 Januari ini tamu sudah ramai karena memang kita terus melakukan promosi.
Tapi ketika bookingan sudah banyak, keluarlah imbauan tersebut yang membuat calon tamu membatalkan kunjungannya.Mubasirlah promosi besar-besaran yang semestinya akhir tahun ini occupancy hotel sudah tinggi, tapi akhirnya begini jadinya,” ungkap Terimayasa dengan nada kecewa.
Sementara Komang ,seorang supervisor di salah satu hotel di Kuta menilai kebijakan Gubernur Bali dengan mengeluarkan imbauan di atas adalah hal yang wajar dan beralasan.
“Memang secara financial saya dan kami orang- orang pariwisata sangat dirugikan,namun kami percaya pada pemerintah,bahwa ada hal yang lebih prioritas, entah itu masalah keamanan, masalah keselamatan,masalah kesehatan, ya…entahlah.
Pemerintah ibarat orang tua kita.Tidak mungkinlah orang tua menjerumuskan anaknya ke dalam hal- hal negatif,”papar Komang yang tidak mau ditulis nama lengkapnya.
Sementara seorang tamu asal Bandung bernama Fitri saat melintas di Pantai Legian bersama keluarganya mengaku bahwa mereka sudah seminggu tinggal di Bali.
“Kami sudah check in minggu lalu di hotel dekat sini.Kami sangat senang karena suasananya sepi.Mau renang,mau ke pantai, jalan- jalan, ya…pokoknya nyaman, Tidak banyak bule.
Di samping itu kami dapat menikmati hotel berbintang dengan harga yang murah. Pokoknya asyik,deh,”tutur Fitri.
Dan menurut pantauan awak media, pantai Kuta dan Legian di siang hari masih sepi sementara barang dagangan pedagang pantai masih tertutup rapi karena orang lokal tidak terbiasa berjemur di pantai seperti wisatawan luar negeri.
Untuk lalu- lintas di kawasan Kuta mulai ada peningkatan,sementara di daerah Kerobokan lalu-lintas mulai padat,bahkan sudah terkadang sampai macet. (Red/Tim)