Webinar “Perawatan dan Pelestarian Lontar di Masyarakat” Hadirkan Kepala Desa dan LPM Desa kesiman Petilan, Sebagai Nara Sumber
DENPASAR, WWW.MATAKOMPAS.COM, Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di Kota Denpasar bekerjasama dengan Pemkot Denpasar , Terus Mendukung Pelestarian Lontar.
Selain mendukung kinerja penyuluh bahasa Bali di lapangan, Pemkot Denpasar juga memberikan dukungan dengan jalan ikut mendukung program edukasi pada masyarakat Kota Denpasar tentang perawatan dan pelestarian lontar di masyarakat.
Banyaknya lontar yang ditemukan oleh Penyuluh Bahasa Bali di Kota Denpasar dan keberadaannya yang banyak belum terawat dan belum teridentifikasi menjadi salah satu alasan Penyuluh Bahasa Bali di Kota Denpasar dan Pemkot Denpasar bergandengan tangan.
Kerjasama ini dilakukan untuk melestarikan dan merawat lontar yang ada di Kota Denpasar, serta mengedukasi masyarakat agar mau dan mampu merawat serta melestarikan peninggalan lontar yang ada di Kota Denpasar.
Hal ini terungkap dalam acara webinar PBB ( Pabligbagan Basa Bali) yang bertajuk “Perawatan dan Pelestarian Naskah Lontar di Masyarakat’, yang diselenggarakan oleh Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di Kota Denpasar bekerjasama dengan Pemkot Denpasar pada Rabu, (14/10/2020).
Webinar ini juga berkaitan dengan Denpasar Festival ini diikuti oleh peserta dari seluruh Bali dan luar Bali yang berjumlah 228 orang.
Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, yang membuka webinar ini secara langsung, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa lontar sebagai nutrisi jiwa, ibarat air bagi orang yang kehausan.
Lontar ini sangat perlu dirawat dan dilestarikan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan.
Beliau juga mengungkapkan bahwa Pemkot Denpasar akan terus mendukung upaya perawatan dan pelestarian lontar yang ada di Kota Denpasar.
Sehubungan dengan Denpasar Festival yang pada tahun ini menginjak tahun ke-13, Walikota Denpasar sangat mendukung dan memberi apresiasi diadakannya Webinar tentang lontar ini. Menurutnya, hal ini sesuai dengan tema festival yakni “Meretas Batas”
Pada webinar ini, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Drs. I Gusti Ngurah Bagus Mataram, juga menjadi salah satu narasumber, Budaya literasi di Bali berada diatas rata-rata Nasional jika dilihat dari indeks pembangunan kebudayaan ungkap beliau
Hanya saja, tambah dia, yang perlu ditingkatkan yakni pelestarian lontar sebagai obyek pemajuan budaya.
Pelaksanaan pelestarian lontar termasuk masih jarang, tetapi kami di Dinas Kebudayaan Kota Denpasar terus berupaya dan bekerja bersama Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di Kota Denpasar untuk terus mendata dan mengidentifikasi lontar-lontar yang ada di Kota Denpasar.
Hal ini merupakan tugas kita bersama, tak hanya oleh Dinas Kebudayaan saja. Perlu sinergi antar stakeholders selain pemerintah terutama dalam hal pendanaan,” katanya.
Dwi Mahendra Putra, Penyuluh Bahasa Bali Desa Dangin Puri Kangin yang juga menjadi narasumber dalam webinar ini menjelaskan, lontar merupakan bahan alam, jadi bisa saja rusak karena pengaruh alam dan binatang seperti tikus, ngengat dan lain sebagainya.
Hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan konservasi pada lontar tersebut.
Faktor lainnya adalah tempat penyimpanan lontar itu sendiri yang kadang hanya terkesan asal-asalan saja.
Hal tersebut juga ikut mempercepat kerusakan lontar itu sendiri.
Mengenai masih pingitnya masyarakat tentang lontarnya, hal ini disebabkan karena banyaknya mitos yang beredar di masyarakat bahwa lontar itu merupakan barang sakral, gaib, bisa menimbulkan kegilaan, kemalangan dan lainya? Padahal dalam kenyataanya lontar tersebut dibuat sebagai media perekam atau penjejak ilmu pengetahuan oleh para leluhur kita.
Dalam hal inilah pentingnya edukasi diberikan kepada masyarakat agar mampu merubah pola pikir terhadap Lontar.
Lontar ini harus dirawat dan dilestarikan. Jadi tidak akan ada masyarakat yang merasa takut, cemas dan was-was jika lontarnya di konservasi.
Perbekel Desa Kesiman Petilan, I Wayan Mariana yang pada webinar ini juga menjadi narasumber menjelaskan bahwa, pihaknya di Desa Kesiman Petilan pada tahun 2020 ini sudah melaksanakan program identifikasi dan katalogisasi pustaka lontar yang ada di wilayah Desa Kesiman Petilan.
Hal ini bermula ketika pada tahun 2017 penyuluh bahasa Bali yang bertugas disana menemukan banyak sekali warga yang memiliki lontar, tetapi banyak juga yang menyembunyikan keberadaan lontar mereka.
Lewat usaha dan pendekatan yang tak kenal lelah akhirnya penyuluh bahasa Bali berhasil mengedukasi beberapa warga yang awalnya menyembunyikan keberadaan lontarnya.
Mengenai kondisi lontar yg ada wilayah Desa kesiman Petilan, kebanyakan belum terawat dan teridentifikasi.
Inilah yg mendasari dilakukan rapat kecil bersama BPD, LPM serta aparat yang terkait disana. Dari hasil rapat itu di putuskan bahwa harus segera dilakukan upaya perawatan dan pelestarian.
“Akhirnya pada tahun 2019 diawalilah program perawatan dan pelestarian ini dengan program”Pelatihan Menyurat, Membaca dan Merawat Lontar” yang diikuti oleh komponen Sekaa Teruna, Karang Taruna, masyarakat umum dan Sastrawan yang ada di Kesiman Petilan.
Pelatihan ini sangat disambut antusias dan mampu menjadi penyulut dalam usaha perawatan dan pelestarian lontar.
Akhirnya pada tahun 2020, dimulai tanggal 20 Juli 2020 sampai tgl 22 september 2020 dilaksanakanlah program”Identifikasi dan Katalogisasi Pustaka Lontar ” di Desa kesiman petilan.
Pada saat itu berhasil di garap sebanyak 133 cakep lontar yg tersebar di 5 rumah penduduk.
Biaya pelaksanaan program ini berasal dari dana BHPD( Bagi Hasil Pajak Daerah) sejumlah Rp. 30.500.00,00″. Jelasnya.
“Kedepannya program ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan dengan penambahan kuota lontar yaitu sebanyak 200 cakep lontar atau meningkat 100% dari jumlah kuota ditahun 2020 yaitu 100 cakep lontar.
Semoga program ini mendapat dukungan dari berbagai pihak dan bisa diikuti di daerah lain di Kota Denpasar,” tandasnya
Narasumber berikutnya, Ketua LPM Desa Kesiman Petilan, I Gede Yogi Pramana, S.E. mengatakan bahwa program yang dijalankan oleh Desa Kesiman Petilan ini sangat diapresiasi oleh masyarakat.
Masyarakat mulai terbuka dengan keberadaan lontarnya.
Selain itu masyarakat sangat merasa terbantu dengan adanya program ini.
Alasannya adalah selain ketidaktahuan mereka tentang tata cara perawatan lontar, biaya yang di keluarkan untuk perawatan lontar lumayan besar.
Selain itu program ini juga secara tidak langsung juga mampu mengungkap beberapa sejarah dan pengetahuan yang ada di Desa Kesiman Petilan.
Dalam kesempatan itu disampaikan juga harapan kedepannya agar program ini terus berlanjut bahkan hingga ketahap digitalisasi lontar dan terjemahannya.
Selain itu diharapkan juga agar pemerintah Desa Kesiman Petilan bisa memfasilitasi tentang pengadaan tempat penyimpanan lontar baik berupa keropak, rak kaca atau tempat penyimpanan lainnya yang sekiranya aman untuk menyimpan lontar yang sudah di identifikasi.
Redaksi : Aj