
DENPASAR, Matakompas.com – Yoga berasal dari Yug, menyatu dengan Tuhan, berangkat dari teologi Sanatana Dharma.
Dalam ajaran Rsi Patanjali: Astangga Yoga, 8 tahapan menjadi menyatu dengan Tuhan: Yama, Niyama (tuntunan etika moral kehidupan), Asana, berbagai posture olah tubuh (diperkirakan ada lebih dari 7 juta gerak Asana), upaya membangun keseimbangan Tubuh ( Body), Pikiran (Mind) dan Jiwa (Soul).
Dari pakar Asana Yoga memperoleh tidak saja informasi dan juga pencerahan, tentang pembangkitan keceriaan intelektual, emosional, menghidupkan Cakra dalam Tubuh untuk memperkuat kecerdasan spiritual.
Membangun keseimbangan kehidupan, teknik terapi melalui olah tubuh dalam tindakan preventif, penanggulangan penyakit.
“Asana, sekarang terkenal sebagai Yoga yang sangat populer di masyarakat global,” kata Intelektual Hindu Jro Gde Sudibya yang juga Penulis Buku Agama Hindu dan Kebudayaan Bali di Denpasar, Senin, 7 Juli 2025.
Menurutnya, Yoga menjadi begitu populer di tingkat dunia. Untuk sederhananya, manusia mengalami stres, stres berlebih dan bahkan terancam depresi. Kehidupan yang serba benda, keinginan berlebih, mudah membuat, meminjam istilah YB.
Mangunwijaya, rohaniwan, sastrawan cum pejuang kemanusiaan, “tubuh sebatas mesin untuk memenuhi keinginan manusia”.
Pasca Asana, memasuki Pranayama, pengaturan nafas dengan disiplin tertentu, sebut saja untuk sederhananya, purifikasi pikiran.Praktyahara, menarik indra-indra ke dalam, untuk mengurangi keterikatan akan dunia yang maya ini.
Kemudian memasuki disiplin rohani: Dharana, Dhyana, Samadhi. Jika wacana Perda tentang Yoga hendak digulirkan, “back mind” di atas mesti dipertimbangkan.
Penyusunan Perda memerlukan kecerdasan perumusan dan sikap bijak, jika Perda ydm sebatas olah tubuh Asana, dan juga Pranayama.
Sikap bijak diperlukan, untuk menghindari salah pengertian yang tidak perlu, yang bisa melahirkan kontroversi. Seperti pribahasa Bali: jangan sampai “gangsar tindak kurang daya”.
Sebelumnya, wacana itupun direspon HRD Manager dan General Affairs Penta Medica, dr Made Yasa yang juga Guru Yoga di Denpasar, Sabtu, 5 Juli 2025.
Dukungan juga datang dari Dharma Adhyaksa Sabha Pandita PHDI Pusat Ida Pedanda Nabe Gde Bang Buruan Manuaba, Sulinggih Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Agni Yogananda dari Griya Santabana Payuk, Akademisi Prof. I Gede Sutarya, Ketua PHDI Bali I Nyoman Kenak, Guru Besar Prof. Dr. IB Raka Suardana, SE.,MM., yang juga Kelompok Ahli Percepatan Program Pembangunan Bali dan Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar.
Selain itu, wacana Perda Yoga juga didukung oleh Direktur Utama PT Pak Oles Tockcer, Dr Gede Ngurah Wididana, Ketua Harian Monuken Perjuangan Bangsal (MBP) Bagus Ngurah Rai, Pengamat Kebijakan Publik Putu Suasta yang juga Pendiri LSM JARRAK dan Forum Merah Putih, Pengamat Sosial Budaya, Peminat Yoga Asana dan Meditasi I Wayan Gede Suacana. (red/tim).