Ketut Sudikerta Melepas Kehidupan Duniawi Guna Menapaki Dunia Spiritual Dan Resmi Jadi Mangku Jero Gede
Mangupura, MATAKOMPAS.COM | Setelah lama berkiprah dalam dunia politik, Ketut Sudikerta melepas kehidupan duniawi guna menapaki dunia spiritual.
Bertepatan dengan Hari Raya Saraswati, upacara Pewintenan Saraswati Dasa Guna Ganapati Panca Rsi dijalankan bersama Jero Mangku lainnya. Melalui tahapan rangkaian upacara penyucian diri, kini Ketut Sudikerta sudah resmi disebut Jero Mangku Gede Sudikerta guna melaksanakan pengayah-ayahan sebagai Tapakan Ida Bethara di Merajan Sentana Arya Wang Bang Pinatih (AWBP) Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Upacara pewintenan ini dipuput oleh Ida Tri Sadaka meliputi Ida Pedanda Siwa Buda diantaranya Ida Pedanda Jelantik Wayahan Dauh Griya Prapita Maha Siangan Gianyar, Ida Pedanda Gede Putra Dalem Griya Dalem Sibang Gede Badung dan Ida Pedanda Gede Jelantik Giri Griya Gunung Sari Ubud Gianyar.
Upacara pewintenan juga disaksikan Manggala Pasemetonan Arya Wang Bang Pinatih (AWBP) Provinsi Bali, Kabupaten Badung. Selain itu, turut hadir, Manggala Bendesa Adat se-Kecamatan Kuta Selatan serta kaupasaksi oleh Pemangku Desa se-Desa Pakraman Pecatu, yaitu Puseh, Desa, Pura Dalem Khayangan serta Prajapati.
Sesuai arahan Ida Pedanda Jelantik Wayahan Dauh Griya Prapita Maha Siangan Gianyar, disebutkan, bahwa upacara pewintenan ini diperuntukkan untuk semua Jero Mangku agar suci sekala niskala, saat menjalankan pengayah-ayahan di pelinggih Ida Bethara Kawitan Arya Wang Bang Pinatih, khususnya di Merajan Arya Wang Bang Pinatih, Desa Pecatu.
Sesuai isi lontar Widhi Sastra Rogo Segara Bumi, dijelaskan, bahwa umat Hindu yang telah berusia 50 tahun wajib hukumnya melaksanakan upacara pewintenan, baik tingkatan alit, madya maupun utama.
“Seperti yang dilakukan Jero Mangku Gede (JMG), jika sudah berusia 50 tahun sepatutnya sudah melakukan penyucian diri meski digelar dalam tingkatan alit. Jika dilakukan pada tingkatan utama, sudah menjadi Jero Mangku Gede yang diikat sesana kepemangkuan,” paparnya.
Disebutkan, sesana kepemangkuan ini digunakan untuk mengikat Tri Kaya Parisuda disertai beberapa pantangan-pantangan yang wajib dijalankan.
“Tidak boleh makan sembarangan. Tidak boleh minta ditempat orang meninggal dunia, namun sebatas Nodya masih diperbolehkan. Harus dijalankan sesananing kepemangkuan,” jelasnya.
Upacara pewintenan ini digelar serangkaian Hari Raya Saraswati guna memohon panugerahan berupa pengelukatan diri untuk melebur tri mala, panca mala dan dasa mala.
“Sebagai makhluk sosial, dipastikan punya masa lalu kelam terlepas dari berbuat kesalahan dan kepatutan. Sesuai Lontar Amed Sisya, jika berhutang dibayar tuntas, sehingga urusan dapat diselesaikan. Jika ada kesalahan juga dibayar, urusan selesai. Jadi, sebelumnya bernama Ketut Sudikerta, sekarang sudah resmi disebut Jero Mangku Gede Sudikerta,” terangnya.
Dijelaskan lagi, bahwa Ida Bhagawan Wraspati menyebutkan, siapapun berbuat kesalahan diberikan jalan berbuat baik guna meningkatkan kesucian. Saat ini, imbuhnya, sudah menjadi Jero Mangku Gede sebagai jalan terbaik untuk meningkatkan nilai kesucian diri serta menjalankan swadarma menjadi pemangku dengan menyucikan diri, baik perkataan maupun perbuatan.
“Hari ini, hari baik sekali, untuk ngayah ring Linggih Ida Bethara Kawitan, leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi dengan tulus ikhlas melepas unsur duniawi,” sebutnya.
Demikian pula, menurutnya, Jero Mangku Gede akan menjalankan upacara hingga tingkatan mautama dengan dasar lontar Wraspati Tattwa, Jnana Tattwa dan Rajapati Kondala.
“Ini sebagai dasar berisi ajaran kehidupan mulai sejak lahir hingga meninggal dunia, setiap umat Hindu diberikan kesempatan yang sama untuk menegakkan kesucian, memperjuangkan kesucian dan selalu memelihara kesucian dalam diri. Semoga Jero Mangku Gede bisa menjalankan swadarmaning agama, Ngerastiti Ida Bethara Lelangit, Kawitan dan juga Ida Sang Hyang Widhi diberikan jalan terbaik, untuk mengabdi kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Bethara Siwa dan Ida Bethara Kawitan leluhur masing-masing,” tandasnya.
Usai upacara pewintenan ini, Jero Mangku Gede Sudikerta menyatakan kesiapannya untuk menjalankan swadarma agama sebagai pelayan umat Hindu.
“Rangkaian upacara hari ini hingga besok pukul 04.00 WITA digelar kaluaran di Pantai Dreamland. Kalebaran sesuai rangkaian upacara pawintenan seperti saat ini,” kata JMG Sudikerta.
Usai mepedambel, tambahnha, rangkaian upacara pewintenan dilanjutkan dengan prosesi meyasa mepuasa atau mengerat indera dengan pengendalian diri.
“Pantangan pertama, tidak boleh makan dan minum hingga besok pagi pukul 04.00 WITA. Demikian pula, tidak boleh mandi. Dibiarkan berbau itu artinya badan berpeluh dan berkeringat, usai prosesi melukat diri,” rincinya.
Sebagai Pamucuk, Jero Mangku Gede Sudikerta melanjutkan ayah-ayahan secara niskala sebagai Ida Sang Meraga Lingsir dan mengajak Jero Mangku lainnya secara bersama-sama menjalankan tugas melayani umat Hindu.
“Saya sebagai Jero Mangku Gede diantara para Pemangku. Disini ada Pemangku Pemuput, yaitu Bli Dana bersama istri dan ada juga Pemangku Tapakan yang kaselang ring Ida Bethara serta Pemangku Jan Bangul yang menjalankan swadarma Ngerestiti pelinggih Ida Bethara yang ada disini,” ujarnya.
Sesuai arahan Ida Pedanda Siwa, untuk saat ini, Ketut Sudikerta sudah resmi menjadi Jero Mangku Gede Sudikerta yang diperbolehkan untuk Memuput Karya disebut sesayut berisi tumpeng-tumpeng, pregembal dan bebangkit. “Tapi, itu dimulai besok saat menjalankan upacara pemyineban. Sekarang belum boleh Muput Karya,” pungkasnya.(ace/ad)