Ponorogo,matakompas.com Kemajuan zaman tak membuat Jati Sulaksono melupakan kesenian warisan leluhur. Pria 27 tahun itu justru memiliki menekuni kesenian, terutama Rebab.
Bahkan, lulusan S1 ISI tahun 2014 itu tak ragu jika akan terus menekuni Rebab sebagai passion-nya. Ditemui saat latihan, pria asal desa Pintu, kecamatan Jenangan itu mengatakan menekuni khusus Rebab saat masih kuliah di ISI. “Kalau kesenian jawa sudah dari Sekolah Dasar, karena lingkungan keluarga. Bapak juga seorang pengendang Reog, ibu dulu jatil,”paparnya, Rabu (11/5).
Jati juga menambahkan untuk mendalami Rebab membutuhkan proses yang cukup panjang. Seperti pengenalan nada membutuhkan waktu hampir 6 bulan. “Kemudian untuk menjadi ahli harus berlatih secara intensif sekitar satu setengah tahun. Termasuk belajar pada empu-empu seperti mbah Marto Pengrawit, Mbah Wahyo hingga pengrebab lainnya yang lebih senior,”terangnya lebih jauh.
Sejauh ini, Jati telah tampil disejumlah pagelaran wayang kulit, baik di Ponorogo hingga Madiun. “Ikut dalam pagelaran wayang bersama hampir semua dalang di Ponorogo. Seperti Pak Manto, Pak Sento, Pak Puguh, Pak Yatno, dan lainnya. Kita juga tergabung dalam komunitas Manduro atau Manunggaling Dalang Mudo Ponorogo,”lanjutnya.
Ia berharap agar generasi muda terus melestarikan seni budaya warisan leluhur. Peran pemerintah diharapkan mampu menjembatani agar generasi muda lebih bersemangat mempelajari warisan leluhur. “Harus bersama-sama semua pihak, agar seni budaya ini terus lestari dan lebih berkembang,”pungkasnya.(dd)