Daerah

Bali Miring Sebelah

Bali, Matakompas.com – Mahasiswa Manajemen Lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Putu Esa Purwita menanggapi hal serius yang terjadi beberapa hari terakhir khusus nya banjir bandang yang terjadi di beberapa Daerah di Bali merupakan bentuk gagalnya tata kelola lingkungan dan masifnya pembangunan di Bali Selatan yang menciptakan ketimpangan.

Yang akrab dipanggil Esa tersebut, memperhatikan bencana yang terjadi tersebut merupakan bentuk gagalnya pengelolan tata ruang, dimana masif nya pembangunan yang tanpa memperhatikan dampak ekologis jangka panjang menjadi faktor utama bencana yang hadir, pada Selasa (16/9/25).

Esa juga menegaskan bahwa pembangunan yang terjadi 5 tahun belakangan cukup cepat, hal tersebut tentunya menimbulkan kurangnya ruang yang memadai untuk resapan air itu sendiri, tidak heran menurut nya jika cuaca ekstrim terjadi di Bali khususnya daerah selatan akan menyebabkan peningkatan volume air hingga terjadi banjir.

“Tata kelola pembangunan yang seperti hari ini kita ketahui memberikan dampak buruk terhadap lingkungan khusus nya Daerah selatan Bali, Sawah dan bantaran sungai menjadi pemukiman. Hal tersebut terjadi tidak di pungkiri karena meningkatnya jumlah penduduk di Bali, sehingga ruang hijau semakin sempit “,Ujar Esa.

Esa menambahkan, bahwa apa yg terjadi pada bali hari ini bukan hanya faktor teknis saja tapi ada faktor filosofis yang dilupakan.

“Apa yg terjadi hari ini adalah akibat dari sebuah praktek pembangunan tata kelola daerah/kota yang tidak mengindahkan sisi keseimbangan dan pemerataan. Pembangunan fisik dan ekonomi yang didominasi Bali selatan, Maka tidak heran jika ada orang yang bilang bali banjir karena tanahnya miring ke selatan.” Tambahnya

Esa juga menyampaikan bahwa ruang harus ditata kembali, pembangunan harus terjadi merata . Pemerintah Bali jangan hanya berfokus pada pembangunan di selatan Bali saja.

 

“Pemerataan pembangunan sudah seharusnya tercipta diberbagai Daerah khusunya di Bali utara ini kan, akan tetapi pembangunan dengan mempertimbangkan lingkungan jangka panjang. Bali Utara jangan hanya menjadi sumber suara ketika pemilu tiba, dikeruk suara masyaratnya sebagai sumber suara terbesar di Bali akan tetapi pembangunan jauh berbading terbalik dengan Bali Selatan”, jelas Esa.

Esa menambahkan bahwa perlunya ada pembangunan penunjang ekonomi yang merata, untuk menjaga keseimbangan lingkungan.

“Sangat perlu rasanya pemerataan ruang yang mampu menghadirkan sisi ekonomis untuk masyarakat Bali , jika pusat ekonomi lebih condong di Bali Selatan, maka secara tidak langsung masyarakat berbondong ke selatan dan pembangunan menjadi pesat sehingga akan mengganggu ekosistem lingkungan, Seperti fenomena alam yang terjadi akhir-akhir ini. Pemerataan pembangunan perlu di lakukan akan tetapi wajib mempertimbangkan lingkungan yang berkelanjutan”, Tutupnya. (Red)

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button