
JEMBRANA, Matakompas.com – Menjelang hari Raya Idul Adha, para pengusaha pengiriman sapi Bali ke luar pulau diresahkan dengan isu merebaknya kembali kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jembrana.
Disebutkan, hasil pengujian laboratorium dari BBVet Denpasar terhadap beberapa sampel darah sapi kiriman dari Kabupaten Jembrana ditemukan positif PMK. Bahkan disebutkan dari 100 sampel darah yang dikirim, 50 persen dinyatakan positif.
Kasus tersebut ditemukan dalam kurun waktu dua bulan belakangan ini. Kondisi ini tentu saja membuat resah para peternak, kuatir sapi-sapi mereka tertular. Dinas terkait diminta untuk lebih ketat dalam pengasasan, terutama terhadap sapi-sapi Bali yang akan dikirim keluar pulau.
“Ya, itu memang benar. Saya tahu persis ada sampel darah sapi yang dikirim dari Jembrana hasilnya positif PMK,” ujar Ketua Asosiasi Pengiriman Sapi Bali (APSB) Komang Mahendra Wistawan, Jumat (9/5/2025).
Menurut Komang Mahendra, dirinya berani memastikan ada sampel darah sapi yang diuji dinyatakan positif PMK karena dirinya melihat langsung hasil uji laboratorium dari BBVet Denpasar. Temuan tersebut dalam kurun waktu dua bulan belakangan ini.
Sayangnya, Komang Mahendra menolak menyebutkan siapa pemilik sampel darah yang positif PMK tersebut, karena menurutnya itu bukan kewenangannya untuk membuka data ke publik.
“Ini merupakan kewenangan pemerintah. Seharusnya pemerintah daerah tidak menutup-nutupi kondisi ini. Dibuka saja agar ada upaya penanggulangan secara maksimal dan tidak menular lagi,” imbuhnya.
Terkait hal tersebut, Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar Dr. drh. I Ketut Wirata, M.Si dikonfirmasi melalui telpon, membenarkan dari beberapa sampel darah sapi yang diuji, ada ditemukan positif PMK. Namun tidak seganas kasus PMK sebelumnya.
“Memang ada yang positif PMK, tapi tidak seganas dengan kasus sebelumnya. Tapi Bali kan masih zona merah PMK,” ujarnya.
Dijelaskan pula, kasus PMK di Bali memang terdengar lantai atau bahkan zero. Namun sebenarnya itu adalah zero laporan PMK, karena memang tidak dilaporkan ada sapi yang terindikasi PMK.
Disisi lain PLT Dinas Pertanian dan peternakan Kabupaten Jembrana I Gusti Ngurah Sumber Wijaya dikonfirmasi melalui telpon membantah keras jika di Kabupaten Jembrana ditemukan kasus PMK terhadap sapi-sapi Bali.
“Kita di Jembrana Zero PMK, kami sudah melakukan pengecekan secara teliti. Memang kemarin ada ditemukan Positif PMK, tapi itu sapi-sapi dari NTB yang hanya melintas di Jembrana,” kilahnya.
Sementara itu, informasi dari sejumlah warga Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, menyebutkan ada puluhan ekor sapi Bali diduga menderita penyakit PMK. Sapi-sapi yang kondisinya sakit tersebut disembunyikan di kawasan Subak Sanghyang Cerik, Tuwed.
Disebutkan pula, sapi-sapi tersebut akan dikirim ke luar pulau untuk memenuhi kebutuhan daging kuban saat hari Raya Idul Adha yang tinggal sekitar sebulan lagi. Dari pengecekan ke lokasi, memang benar ada puluhan ekor sapi dikandangkan di dekat area persawahan.
Terkait informasi tersebut, Agung Pande yang mengaku bertugas mengurus sapi-sapi tersebut membantah keras bahwa sapi-sapi yang diletakan di kandang yang berlokasi di Subak Sanghyang Cerik mengidap PMK.
“Tidak ada yang positif MPM, kami ada bukti hasil lab. Memang awalnya sapi-sapi itu kelihatan lemas karena kecapean. Tapi kami sudah rawat dan sudah normal kembali,” kilahnya.
Dia juga menjelaskan sapi-sapi di kandang di dekat persawahan itu bukan disembunyikan. Tapi memang sengaja di letakan di sana karena kandang tersebut merupakan karantina sebelum diberangkatkan ke luar pulau.
“Nanti sapi-sapi itu selesai dikarantina sebelum dikirim dipindah ke kandang kami yang diutara. Jadi kami ada dua kandang,” pungkasnya.(red)