Ponorogo, MATAKOMPAS.COM-, Dibalik tenarnya Paranormal yang akrab dipanggil Mbah Sutrisno asal Desa Tanjung Gunung, Kecamatan Badegan, Ponorogo, Jawa Timur mempunyai kisah kehidupan mati suri di usia 6 tahun.
Kepada Wartawan MATAKOMPAS.COM, pada Senin (18/7/2022) Mbah Sutrisno menceritakan bagaimana riwayat mati suri’nya hingga mendapatkan karomah membaca Al-Quran tanpa belajar dan mampu menyembuhkan orang sakit.
Dalam ceritanya Mbah Sutrisno menjelaskan diusianya yang masih kecil bermain bersama teman- teman’nya, dengan sendirian memanjat pohon jamplang diketinggian 17 meter.Dan saat itu entah kenapa langsung jatuh ke tanah dengan kondisi tak sadarkan diri dimana mata dan telinga sudah mengeluarkan darah.
Setelah mendapati kejadian tersebut, si mbah dan tetangga langsung membawanya di salah satu Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah.Dengan melihat kondisinya waktu itu sudah parah, banyak orang berpendapat bahwa nyawanya bakalan tidak terselamatkan.Masyarakat dan orang- orang pintar di sekitar menganggap bahwa menjadi tumbal dari watu selo gemplang.
“Tapi Allah berkendak lain, terasa seperti mimpi saja dimana dikehidupan itu suasanya petang seperti mendung, antar siang tidak, malam juga tidak.Disaat itu bertemulah seorang wanita yang membawa lampu ublik (bahasa jawa) terus mengatakan”kenapa kamu kesini, pulang sana”.Dan tiba tiba setelah itu terbangun dan tiba tiba sudah berada di Rumah Sakit,”terangnya.
Setelah dinyatakan sembuh dan normal, Mbah Sutris lantas dibawa pulang kerumah.Mendapati keanehan tersebut para orang-orang sekitar menyarankan untuk belajar atau melatih kebatinan baik ahli spiritual maupun kyai supaya lebih mudah diarahkan.
Seiring berjalannya waktu dan Diusianya yang sudah beranjak dewasa terus mendalami pencarian untuk melatih kebatinan.Mbah Sutris sendiri pernah belajar hingga berganti ganti guru bahkan tercatat hingga lebih dari 7.Selain di gembleng tirakat puasa juga laku, tentunya banyak kisah yang dialaminya.Hingga bertemulah seorang mantri kebun asal banten yang juga mempunyai linuweh dan belajarlah dari beliau.
“Pesan dari seorang Kyai yang sampai sekarang masih teringat yakni apa yang kamu miliki gak usah ditunjukin, cukup kamu diam saja nanti pasti ada jalannya sendiri,”ujarnya.
Dari situlah tanpa disengaja, diajak seorang teman untuk menyembuhkan orang sakit akibat santet.Karena temannya sudah tidak sanggup, akhirnya Mbah Sutris mencoba untuk memegang pasien dan bisa sembuh seperti sedia kala.
Tidak cukup disitu saja,Mbah Sutrisno terus mencari seorang pembimbing atau guru dimana pada akhirnya bertemulah guru dari perguruan Nur Kimosodo yakni seni tenaga dalam pernafasan nur kharomah.Dan Alhamdulillah diberi mandat untuk meneruskan perguruan ini, hingga mempunyai murid sebanyak 40 dari berbagai daerah serta membuka cabang di wilayah Klaten, Jawa Tengah.
“Maka di kehidupan kedua kalinya yang diberi berikan Allah ini untuk membantu orang baik saudara, teman atau siapapun yang mengalami sakit atau hal hal aneh berbau misitis,”tukasnya.
Menurut dari sil silah keluarga Mbah Sutrisno ini memiliki mbah buyut yakni Kyai Ukir Sari di masa itu juga merupakan keturunan Wali Allah penyebar agama Islam diwilayah Pacitan dan dari keluarga juga bercerita bahwa masih keturunan ke 7 dari Kyai Ageng Mohammad Besari pendiri Pondok Gebang Tinatar yang berada di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis dan kakeknya juga masih keturunan empu Sekepet, Pacitan dimana dalam pembuatan keris atau pusaka dimasukan di dubur.(nov)