Oleh: Agustinus Firginus Kea
Mahasiswa Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang
KUPANG-JARRAKPOSKUPANG.COM
Situasi kecemasan dan kegelisahan yang dialami oleh umat manusia saat ini adalah sebuah masalah yang sangat serius untuk dicermati dan direfleksikan.Situasi yang cukup menegangkan ini memberikan banyak perubahan yang terjadi dalam hidup manusia.
Manusia berada dalam sebuah situasi dan kondisi yang kurang relevan dengan harapan dan kenyataan hidup. Situasi yang menakutkan ini merupakan sebuah alur penyadaran terhadap manusia untuk kembali melihat situasi ini sebagai sebuah kesempatan untuk berefleksi dan memulai hidup dalam tatanan yang baru.
Dalam ajarannya yang pertama, Plato yang adalah seoarang Filsuf Yunani mengajarkan bahwa manusia hendaknya mencapai hidup yang baik (eudaimonia) atau kebahagiaan. Jiwa manusia mempunyai kerinduan untuk mencapai kembali kepada keadaan asalnya. Menurut Plato untuk mencapai suatu hidup yang baik, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah membiarkan diri dipimpin oleh rasio serta membebaskan diri dari ketakutan-katakutan irasional serta kesan-kesan dangkal dan semu mengenai realitas.
Kerinduan manusia untuk kembali kepada yang baik dan bersatu dengannya apabila primat untuk menarik manusia dari ketakutan. Plato menandaskan akal budi tidak hanya mengarahkan manusia kepada yang baik (aspek teoritis) tetapi juga mendorong jiwa untuk melakukan tindakan (aspek praktis).
Ungkapan dan pengajaran Plato diatas mempunyai makna yang begitu sederhana untuk dipahami dalam situasi yang kita alami saat ini. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai kebaikan dan kebahagian yang dirasakan dalam kenyamanan dan kedamaian dalam hidupnya. Pada situasi yang menggelisahkan ini jiwa manusia ingin memperoleh ketenangan yang membahagiakan jiwa manusia.
Manusia berada dalam ketakutan yang sangat mengganggu kenyamanan dan ketentraman jiwa secara rohani. Situasi yang kita alami saat ini adalah juga kesempatan untuk memulai hidup baru dalam diri manusia. Pandemik yang mengglobal saat ini menyadarkan manusia untuk memulai suatu habitus atau kebiasaan baru untuk terus berdamai dengan situasi kritis saat ini. Manusia harus berusaha untuk memberi diri dipimpin oleh rasio dalam semangat rohani agar mampu hidup dalam kebiasaan yang baru serta mampu membebaskan diri dari ketakutan dan kecemasan yang berlebihan.
Manusia harus memulai kebiasaan baru dalam kerinduan untuk mengarah kepada kehidupan teoritis dan aspek praktis dalam sebuah tindakan yang nyata untuk berdamai dengan covid-19. Manusia harus sadar untuk hidup dalam semangat kebijaksanaan, keteguhan hati, dan sikap ugahari ( cardinal virtues). Inilah jalan menuju kedamaian ditengah covid-19. Kita perlu memulai hidup dalam habitus yang baru untuk berdamai dengan covid-19.
Jarrakposkupang.com/Mario Langun
Editor: Jering Buleleng