JAKARTA–JARRAKPOSKUPANG.COM
Dalam penanganan covid-19, pemerintah melalui kemenkominfo memilih strategi komunikasi narasi tunggal daripada narasi utuh.Mana lebih efektif dan tepat dari dua strategi tersebut?
Narasi tunggal tidak mungkin terjadi dalam realitas komunikasi. Bahkan tidak pernah ada. Sebab, setiap individu atau kelompok manusia (kerja) disertai antara lain cita-cita, harapan dan kehendak bebas.
Oleh sebab itulah,konsep dasar narasi tugggal pasti berpijak pada pendekatan mekanistis, linear dan memandang manusia sebagai robot yang bisa dikendalikan melalui remote control. Saya pastikan ini tidak pernah terjadi di dalam realitas sosial.
Sebab,setiap individu atau antar kelompok kerja – selanjutnya disebut kementerian – punya kekhasan masing-masing.
Jika dipaksakan dengan narasi tunggal, pasti ada kepentingan, fungsi, kewajiban, tugas dan regulasi dari setiap kementerian yang belum atau tidak sama sekali tersampaikan kepada masyarakat.
Oleh karena itu,konsekuensi dengan narasi tunggal, terbuka lebar muncul “letupan-letupan” pesan tak terduga dari suatu kementerian tertentu.
Selain itu, narasi tunggal ini berpotensi menimbulkan tindakan komunikasi dari kementerian tertentu berlangsung parsial tanpa memperoleh dukungan dari kementerian lain. Akibatnya, komunikasi berjalan sendiri-sendiri.
Dengan power kekuasaan, model narasi tunggal acapkali dipraktekkan di negara otoriter yang mengabaikan hakekat manusia yang kreatif dan dinamis. Manusia ditempatkan bukan sebagai subyek tetapi menjadi objek komunikasi yang bisa diarahkan dan dikendalikan pada suatu tindakan komunikasi narasi tunggal sekaligus mematikan narasi alternatif.
Itulah sebabnya narasi tunggal berpotensi memasung ide, kreatifitas dan gagasan baru yang boleh jadi lebih efektif mencegah penyebaran dan penanganan dampak covid-19.
Dengan narasi tunggal, terbuka lebar benturan antar narasi di ruang publik, seperti terjadi antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Perhubungan terkait dengan transportasi online.
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut hemat saya, strategi komunikasi yang lebih efektif dan tepat mencegah penyebaran dan menangani covid-19 bukan narasi tunggal, tetapi narasi utuh.
Narasi utuh ini mengandung dua sisi saling melengkapi satu dengan lain.
Pertama, narasi unik. Setiap instansi menyampaikan berbagai pesan yang sifatnya spesifik, teknis yang membutuhkan uraian mendalam dan pengulangan agar masyarakat bisa mengadopsi secara tepat.
Kedua, narasi integratif. Narasi ini membutuhkan integratif antara kementerian satu dengan yang lain. Untuk itu, penanggungjawab komunikasi penanganan covid-19 harus proaktif melakukan komunikasi, koordinasi, membangun sinergi, dan kolaborasi antar kementerian dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Untuk ini dibutuhkan kepemimpinan komunikasi yang kompeten.
Dengan demikian, interaksi narasi spesifik dan narasi integratif sebagai komponen narasi utuh harus dikelola dengan profesional dalam suatu strategi manajemen komunikasi yang terukur.
Salam,
Emrus Sihombing
Direktur Eksekutif
Lembaga EmrusCorner
Jarrakposkupang.com/Mario Langun
Editor:Uta